Minggu, 13 Desember 2009

KETIKA MAHASISWA BEREBUT RUANG KULIAH

Universitas Muhammadiyah Makassar merupakan salah satu PTS yang saat ini menjadi kebanggaan masyarakat, menjadi PTS favorit dan PTS yang bisa disejajarkan dengan PTN yang ada khususnya di wilayah Sul-Sel. Saat ini Universitas Muhammadiyah Makassar membina kurang lebih sekitar 23 ribu orang mahasiswa dengan berbagai macam jurusan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan atau biasa disebut FKIP adalah merupakan fakultas terfavorit dan paling banyak diminati. Hampir sebahagian besar orang tua dari calon mahasiswa yang mendaftarkan anaknya di unversitas ini, lebih memilih untuk memasukkan anaknya di FKIPatau jurusan keguruan. Asumsinya bahwa, dengan memilih jurusan keguruan peluang kerja kedepannya akan lebih luas, dunia kerjanya lebih nyata. Tapi bukan berarti, bahwa fakultas-fakultas binaan Universitas Muhammadiyah Makassar yang lainnya sepi akan peminat.

Tahun ajaran 2009-2010 ini, jumlah pendaftar di Unismuh hampir mencapai 12 ribu orang. Jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Suatu prestasi yang sangat membanggakan, namun disisi lain adalah merupakan tantangan yang sangat besar, terutama dalam hal pelayanan mahasiswa. Dari sekitar 12 ribu pendaftar, sekitar 7 ribu-an yang dinyatakan lulus untuk melanjutkan studi di Universitas Muhammadiyah Makassar ini. Tujuh ribu mahasiswa baru, bukanlah angka yang kecil. Sebuah angka yang fenomenal dan butuh kerja keras untuk melakukan pembinaan.

Di sela-sela gembiraan dengan banyaknya jumlah mahasiswa baru yang diterima, muncullah berbagai keresahan dimana-mana, baik dari kalangan pengelola PT dalam hal ini BPH dan jajarannya maupun dari kalangan mahasiswa itu sendiri, baik mahasiswa yang telah lama kuliah maupun yang baru akan memulai aktivitas di dunia kampus. Kondisi yang paling meresahkan adalah terkendalanya kegiatan perkuliahan yang disebabkan oleh suatu permasalahan klasik yaitu terbatasnya ruang-ruang perkuliahan. Kondisi ini dari tahun ke tahun tidak pernah mendapatkan perhatian yang serius dari pimpinan universitas. Ironis memang dan merupakan suatu pertaruhan nama baik, ketika para pimpinan sepakat untuk membuka kerang penerimaan mahasiswa baru dengan jumlah ribuan namun pada sisi lain fasilitas yang telah tersedia dalam kampus sangat-sangat di bawah standar atau dengan kata lain sangat jauh dari harapan. Hal yang paling membingungkan adalah ketika melihat gambar-gambar yang disuguhkan pada lembaran brosur baik brosur Universitas maupun brosus Fakultas. Dalam brosur tersebut, tergambar dengan sangat jelas betapa idealnya dan indahnya kondisi kampus Universitas Muhammadiyah Makassar. Kondisi yang sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang harus dirasakan oleh para mahasiswa. Tuntutan akan ruang untuk berekspresi bagi mahasiswa sangat terbatas sekali, jangankan untuk berkreativitas, ruang untuk perkuliahan pun sangat terbatas.

Langkah yang kemudian diambil oleh para pimpinan Universitas yakni melakukan kontrak penyewaan ruang-ruang kelas di salah satu sekolah menengah yang tak jauh dari kampus. Tanpa disadari, para pimpinan telah melakukan sebuah blunder besar, sebuah kesalahan besar. Langkah ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pencitraan lembaga Unismuh selama ini di mata masyarakat. Kondisi ini tak pelak melahirkan suara-suara sumbang di kalangan mahasiswa terutama mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang notabene telah lama berstatus sebagai mahasiswa di kampus ini. Mereka terdepak dari kampusnya sendiri, karena sebuah permasalahan yang seharusnya tidak terjadi. Kembali kepada pencitraan lembaga, kondisi seperti ini sangat merugikan lembaga Universitas Muhammadiyah Makassar. Citra lembaga Unismuh selama ini di mata masyarakat sangat baik, terbukti banyaknya orang tua yang mau mendaftarkan anak-anak mereka di kampus ini. Masyarakat kagum, masyarakat bangga dengan keberhasilan Unismuh sebagai PTS dengan jumlah pendaftar hampir mencapai 12 ribu orang. Namun dengan kondisi ini, sudah pasti para masyarakat akan berpikir lebih selektif untuk mengkuliahkan anak-anaknya di Kampus Unismuh. Mereka akan beranggapan bahwa kampus Unismuh ternyata tidak mampu menyediakan fasilitas belajar bagi anak-anak mereka, yang nantinya akan berdampak pada kualitas SDM yang dimiliki oleh anak-anak mereka.

Langkah ini ternyata tidak serta merta mampu untuk menyelesaikan permasalahan klasik tersebut. Ternyata kondisi di dalam kampus lebih parah lagi. Pengklaiman pemilikan ruangan kuliah menjadi topik hangat yang selalu diperbincangkan dan selalu terdengar riuh di kalangan mahasiswa, kondisi ini terutama terlihat dengan sangat jelas di Gedung F lantai I dan II. Perebutan ruangan kuliah hampir terjadi setiap harinya disetiap jam mata kuliah. Saya sendiri sering mengalami dan merasakan kondisi ini. Ketika kami hendak melakukan proses perkuliahan di dalam ruangan yang telah ditentukan sebelumnya, ternyata ruangan tersebut telah diisi oleh mahasiswa dari jurusan lain. Perasaan kecewa pun tak bisa terhindarkan begitupun perasaan tidak tenang yang dirasakan oleh mahasiswa yang memakai ruangan kami. Mengalah dan pasrah sering kami lakukan, namun terkadang juga dengan sangat terpaksa kami harus mengusir teman-teman mahasiswa yang menggunakan ruangan kami. Memang sangat tidak manusiawi rasanya, namun inilah konsekuensi yang harus diambil dan dijalani. Lambat laun, jika kondisi seperti ini tidak diatasi dengan segera, maka tidak menutup kemungkinan akan timbul gesekan-gesekan dan disintegrasi antar sesama mahasiswa yang berujung pada konflik internal mahasiswa itu sendiri. Atau mungkin akan timbul gerakan-gerakan dari kalangan mahasiswa terhadap kinerja kepemimpinan para birokrat-birokrat kampus. Sebuah kondisi yang sangat tidak diinginkan bersama, namun perlahan itu akan terjadi ketika tidak ada langkah kongkrit dan cepat yang diambil oleh pimpinan Universitas untuk mengatasi masalah ini.

Tahun lalu, telah dibangun dua buah gedung untuk perkuliahan dengan jumlah sekitar 20 ruang kuliah. Gedung yang dibangun secara semi permanen ini hanya memakan waktu sekitar tiga bulan untuk proses pembangunannya. Kondisinya sederhana meskipun agak sempit. Ruang-ruang kuliahnya hanya dibatasi dengan dinding tripleks, sumpek dan panas tidak ada fasilitas kipas angin dan jangan pernah bermimpi untuk merasakan sejuknya hembusan angin dari sebuah AC. Kondisi gedung ini masih sedikit lebih baik ketimbang barak-barak tempat pengungsian korban bencana alam. Namun masih sangat jauh untuk dikatakan layak sebagai tempat perkuliahan.

Inilah kondisi kampus yang kita cintai. Kampus yang membina sekitar 23 ribu mahasiswa dengan kondisi ruangan yang sangat tidak sebanding. Sehingga tak pelak melahirkan sedikit gesekan-gesekan antar sesama mahasiswa dalam hal penggunaan ruangan perkuliahan. Memang suatu hal yang aneh, ketika mahasiswa saling memperebutkan ruangan untuk tempat perkuliahan. Ternyata di kampus ini, bukan hanya kompetisi perebutan ketua-ketua lembaga kemahasiswaan yang terjadi, namun kompetisi perebutan ruangan perkuliahan pun terjadi. Sebuah kompetisi yang aneh, tapi nyata. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah sampai kapan kondisi ini akan dirasakan oleh mahasiswa? Seharusnya para pimpinan universitas mengambil langkah antisipasi secepatnya agar kondisi seperti ini tidak terulang lagi pada tahun-tahun berikutnya. Pimpinan universitas harus lebih selektif dalam hal menerima calon mahasiswa baru. Sekarang bukan saatnya lagi untuk mengejar kuantitas, namun saatnya untuk meningkatkan kualitas dan salah satu kebutuhan yang mendasar untuk meningkatkan kualitas SDM mahasiswa yaitu menyiapkan sarana dan prasarana perkuliahan dalam hal ini tersedianya ruang-ruang perkuliahan yang refresentatif dan lengkap.

Sebuah harapan besar dari penulis, mudah-mudahan kedepannya nanti kondisi seperti ini tidak ada lagi. Malu rasanya kita berkompetisi dalam hal perebutan tempat perkuliahan. Mohon maaf kepada segenap unsur birokrat kampus, apabila dalam tulisan ini terdapat hal-hal yang tidak berkenan di hati. Namun inilah suara dari kami, inilah yang kami rasakan dan beginilah sesungguhnya kondisi kampus yang kita cintai dan kita banggakan bersama. Terima kasih, semoga tulisan ini bermamfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar